Tabanan –
Kebiasaan ngejot atau menghaturkan Citarasa kepada warga non-Kristen masih dijaga Bersama jemaat Gereja Kristen Protestan Di Bali (GKPB) Jemaat Imanuel Piling, Banjar Piling Ditengah, Kecamatan Penebel, Tabanan, Di menyambut Hari Raya Natal.
Ngejot merupakan Kebiasaan yang lekat Bersama Kelompok Hindu Bali. Umumnya, Kebiasaan ini dilakukan Di penampahan Galungan atau sehari Sebelumnya Galungan. Akan Tetapi Di Banjar Piling, Kebiasaan tersebut juga dilakukan umat Kristen menjelang perayaan Natal.
Salah satu tokoh GKPB Jemaat Imanuel Piling, I Wayan Suka Artha, mengatakan Kebiasaan ngejot dilaksanakan Di 20-22 Desember atau dua hingga tiga hari Sebelumnya Natal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena Itu para umat Kristen ngelawar seperti warga Hindu lainnya. Nantinya sajian itu diberikan kepada tetangga Di Di lingkungan tempat tinggal,” ujar Wayan Suka Artha Di diwawancarai.
Menurutnya, Kebiasaan ini sudah dilakukan secara turun-temurun Dari masa buyutnya. Selain sebagai Pada Bersama Kebiasaan Global Bali, ngejot juga menjadi sarana mempererat toleransi antarumat beragama Di lingkungan setempat.
Selain ngejot, jemaat GKPB Jemaat Imanuel Piling juga mengenakan Busana adat Bali Di mengikuti ibadah Natal Di gereja. Meski demikian, busana yang dikenakan tidak harus bernuansa putih seperti Busana sembahyang umat Hindu Di pura.
Nuansa Bali juga terlihat Bersama hiasan gereja Di Natal. Di Pada Didepan gereja terpasang penjor, serta hiasan gebogan yang dibuat Bersama janur.
“Jemaat Di sini memang orang Bali dan Kebiasaan Global Bali tetap kami pegang,” tegasnya.
Wayan Suka Artha menyebutkan jumlah jemaat GKPB Jemaat Imanuel Piling Di ini Di 50 kepala keluarga. Mayoritas jemaat berasal Bersama Desa Mangesta, meliputi Banjar Piling Kanginan, Banjar Piling Ditengah, dan Banjar Piling Kawan. Di Itu, terdapat jemaat yang tinggal Di Desa Pegending dan Desa Rejasa yang masih berada Di Daerah Kecamatan Penebel.
“Harapan kami Di Natal tahun ini para jemaat memperoleh kedamaian dan sejahtera. Di Itu toleransi dan hubungan baik Pada ini Di umat beragama Di Piling yang sudah turun temurun tetap terjaga,” pungkasnya.
Sejarah Umat Kristen Di Piling
Wayan Suka Artha menuturkan GKPB Jemaat Imanuel Piling telah ada Dari tahun 1936. Awalnya, keberadaan umat Kristen Di Piling bermula Bersama kedatangan beberapa petani asal Desa Bongan, Tabanan, yang bekerja sebagai buruh cangkul sawah Di Daerah tersebut.
Para buruh tersebut bekerja Di lahan milik buyut Wayan Suka Artha. Suatu ketika, buyutnya melihat salah satu buruh Ditengah membaca sebuah Bacaan Bersama khusyuk yang belakangan diketahui sebagai Alkitab.
“Buyut saya penasaran apa yang dibaca dan berharap Menyambut penjelasan Bersama buruh itu. Akan Tetapi, Sebab buruh itu jemaat yang Terbaru mempelajari Alkitab, Supaya dia menyarankan buyut saya belajar Di Desa Abianbase Di Badung,” beber Suka Artha.
Buyut Wayan Suka Artha Lalu berangkat Hingga Desa Abianbase Sebagai mempelajari Alkitab. Sesudah enam bulan belajar, ia merasa cocok Bersama ajaran yang diterima dan memutuskan Sebagai berpindah kepercayaan menjadi seorang Kristiani.
“GKPB Di Piling sudah ada Dari tahun 1936 tapi gerejanya Terbaru Di bangun tahun 1938. Awalnya Di Banjar Piling Kanginan, Sesudah Menyambut lahan Lalu pindah Hingga Banjar Piling Ditengah,” pungkasnya.
(dpw/dpw)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: GKPB Jemaat Imanuel Piling Pertahankan Kebiasaan Bali Di Natal











