Sukabumi –
Di Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, sebuah cerita lama terus menghantui ingatan warga. Teluh atau santet, yang sering dikaitkan Di ilmu hitam yang mampu merubah nasib dan mengakibatkan penderitaan, masih hidup Untuk kisah yang diwariskan Di generasi Di generasi.
Salah satu saksi bisu Di cerita ini adalah Gua Kolotok, yang terletak Di Kampung Bojongloa, Desa Jagamukti, Kecamatan Surade. Gua ini menyimpan banyak rahasia kelam yang berhubungan Di tuduhan santet yang beredar Di Kelompok.
Gua Kolotok telah lama menjadi lokasi yang menyimbolkan kekuatan gaib yang tidak dapat dijelaskan, dan sering dikaitkan Di tempat pembuangan Untuk mereka yang dituduh sebagai praktisi ilmu hitam yang dikenal Di sebutan tukang teluh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan detikJabar Di Gua Kolotok dimulai Di Kantor Desa Jagamukti, Di satu kilometer Di kawasan perkebunan yang masih belum teraspal. Perjalanan melewati jalan setapak yang berliku Di 600 meter, memasuki kawasan hutan dan kebun warga.
Lebihterus mendekat Di lokasi, suasana mistis langsung terasa menyergap. Udara terasa lebih berat, seolah menyimpan kisah-kisah yang telah lama terlupakan.
Ketika tiba Di lokasi, penampakan gua yang terletak Di kawasan hutan dan kebun warga membuat hati berdebar. Sayangnya, gua ini kini tak terawat, ditutupi semak belukar, dan pintu guanya sudah tertutup tanah.
“Dari Sebab Itu dahulu ramai soal perburuan gigi hiu Megalodon. Pintu masuk Gua Kolotok tertutup material tanah dan bebatuan sampai akhirnya hari ini hilang tertutup semak belukar dan tanaman liar,” kata warga yang mengantar detikJabar.
Sebagian besar gua ini telah rusak akibat perburuan fosil gigi hiu Megalodon yang dilakukan warga. Lubang masuk gua yang dulunya bisa diakses, kini hanya meninggalkan bekas jejak yang hampir tidak terlihat.
Tetapi Walaupun sudah ‘hilang’, kisah soal Gua Kolotok tetap menjadi warisan yang turun-temurun. Malahan salah satu Tv swasta nasional pernah mengulas keberadaan gua tersebut.
“Betul, saya pernah diliput Dari salah satu stasiun Tv mengenai hal ini. Di Daerah Pajampangan, khususnya Di desa kami, memang ada cerita tentang Gua Kolotok. Gua ini menjadi tempat pembuangan mayat Untuk mereka yang dituduh Memperoleh ilmu santet, dan itu sudah menjadi cerita turun-temurun,” ungkap Kepala Desa Jagamukti Apay Suyatman.
Suyatman Menunjukkan foto-foto Gua Kolotok beberapa tahun silam, jauh Sebelumnya menjadi korban perambahan fosil gigi hiu. Bentuk gua itu vertikal, mirip sumur. Suyatman mengenang kembali cerita-cerita yang beredar Di kalangan Kelompok tentang Gua Kolotok. Ke tahun 1985 hingga 1987, lebih Di sepuluh orang yang dituduh sebagai dukun santet dibuang Di gua tersebut.
Gua Kolotok Di Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
|
Menurut Suyatman, Gua Kolotok Memperoleh mulut yang mirip kalung kerbau, Di lebar pintu Di 1,5 meter dan panjang Di 4 meter. Tetapi, Lebihterus Untuk, gua ini Lebihterus luas dan lebar. Kedalamannya mencapai Di 30 hingga 40 meter, menjadikannya tempat yang mematikan Untuk siapa pun yang dibuang Di sana.
“Gua Kolotok itu bentuk mulutnya mirip kalung kerbau makanya disebut Gua Kolotok, lebar Di 1,5 meter, panjangnya Di 4 meter. Kedalamannya Lebihterus Untuk, Lebihterus luas, Di 30 hingga 40 meter. Dari Sebab Itu, siapa pun yang dibuang Di sana, hampir dipastikan tidak bisa keluar bentuknya mirip sumur,” lanjut Suyatman, menggambarkan betapa mematikannya gua tersebut.
Tetapi, Sebelumnya kisah santet yang melibatkan Gua Kolotok, Di tahun 1979 hingga 1980, Suyatman juga mengenang peristiwa Kejahatan Keji Pada para ‘jeger’ atau preman, yang sering meresahkan warga desa. Orang-orang yang Dikatakan melewati batas ini juga dibunuh dan dibuang Di gua tersebut.
“Sebelumnya Perkara Pidana Hukum santet, Di tahun 1979-1980, sudah ada Kejahatan Keji Pada para jeger sejenis preman yang perbuatannya sudah melewati batas. Mereka juga dibuang Di Gua Kolotok. Kejadian ini menjadi Pada Di sejarah kelam Di Daerah ini,” kenang Suyatman.
Walaupun banyak yang mulai meragukan kebenaran tentang santet, cerita dan kepercayaan Pada ilmu hitam ini masih hidup Di Kelompok Pajampangan. Walaupun tidak banyak orang yang secara terbuka mengaku menguasai ilmu tersebut, masih ada yang mencurigai orang-orang tertentu yang Dikatakan Memperoleh kekuatan gaib.
“Memang, Di sini masih ada cerita bahwa seseorang masih Memperoleh ilmu santet. Saya pun pernah tahu tentang seseorang yang mengaku tidak Akansegera lagi mempraktikkan santet, Setelahnya membuat perjanjian Di Didepan aparat. Perjanjiannya diawasi langsung Dari aparat, dan saya tahu cerita itu Lantaran terlibat Untuk proses tersebut,” tambah Suyatman.
Gua Kolotok tetap menjadi simbol Di masa lalu yang penuh misteri. Untuk banyak orang, kisah tentang santet bukanlah sekadar cerita, melainkan kenyataan yang pernah menghantui kehidupan mereka.
Gua Kolotok menyimpan banyak rahasia yang tak Akansegera pernah terungkap sepenuhnya. Tetapi, Untuk Kelompok setempat, gua ini tetap hidup Untuk cerita-cerita yang diwariskan turun-temurun.
Untuk banyak tokoh dan warga Pajampangan, upaya Sebagai melawan stigma negatif tentang teluh dan santet menjadi perjuangan panjang yang penuh tantangan. Seiring Di zaman yang terus berubah, kepercayaan Pada ilmu hitam ini mulai Diperjuangkan. Tetapi, stigma tersebut masih menghantui Daerah ini, menjadikan Pajampangan sering diidentikkan Di santet.
Seperti yang dijelaskan Dari Kyai Asep Mustofa, Ketua MUI Kecamatan Surade kepada detikJabar, pandangan Pada teluh dan santet seringkali berakar Di kesalahpahaman dan niat buruk antar individu.
“Teluh ini identik Di sebutan santet. Ke Umumnya, teluh itu dikenal Di santet, tapi yang ramai dibicarakan Di luar itu adalah teluh dan sebagainya. Ketika ditelusuri lebih Untuk, siapa ahli teluh, siapa yang Dikatakan tukang teluh, itu sangat sulit Sebagai dibuktikan,” katanya.
Kyai yang dikenal Di sebutan Asmu Bentang ini menekankan bahwa, menurut ajaran Islam, praktik santet jelas haram, Tetapi yang lebih penting adalah niat Di baliknya.
“Ada praktik mencelakakan orang lain, menabur sesuatu Di tujuan tidak baik itu ada. Tapi Sebagai kita mengidentifikasi siapa yang melakukannya, itu sangat berat. Kita harus hati-hati agar tidak terjebak fitnah,” ujar Kyai Asep.
(sya/orb)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Hikayat Gua Kolotok dan Jejak Gelap Dukun Santet