Sukabumi –
Asap kayu bakar perlahan menari Ke langit-langit dapur panggung Ke Kampung Adat Sinar Resmi. Ke lantai anyaman bambu yang masih menghangat Di cahaya matahari, dua evaluator UNESCO Internasional Geopark duduk bersila bersama warga, mencicipi nasi tutug beras merah, sambil tersenyum Memperoleh balutan hangat Kearifan Lokal yang tetap hidup Ke Di hutan dan lereng perbukitan.
Bojan Režun Di Slovenia dan Zhang Chenggong Di China tak sekadar datang menilai. Ke kampung adat yang terletak Ke Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi ini, keduanya larut Di suasana.
“Saya tidak mengharapkan perasaan seperti ini Sebelumnya berkunjung Hingga sini. Tapi Sesudah melihat sendiri bagaimana mereka hidup bersama alam, ini sungguh menyentuh,” ujar Bojan, kepada sejumlah awak media.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Adat Sinar Resmi bukan panggung Kearifan Lokal Dunia instan yang disiapkan Bagi tamu. Ia adalah ruang hidup, Ke mana Kelompok adat menjalankan nilai-nilai turun-temurun sebagaimana Di Kesatuan Adat Banten Kidul harmoni Di alam, tata ruang yang menjunjung leluhur, dan gotong royong yang tak pernah mati.
Kunjungan dua evaluator ini diawali Di dapur Tempattinggal adat. Ke sana, mereka disambut Di proses memasak tradisional menggunakan kayu bakar dan tungku tanah liat.
“Ini bukan sekadar makan bersama, tapi kami merasakan energi dan nilai Di cara mereka menghormati Konsumsi dan lingkungan,” ujar Zhang.
Nilai Internasional Di Kesederhanaan Lokal
Bojan menyebut, kunjungan Hingga Sinar Resmi sebagai salah satu titik paling berkesan Di revalidasi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu 2025.
“Ke sinilah saya melihat langsung tiga hal penting ,Ketahanan, pembangunan yang tidak merusak, dan pelestarian Kearifan Lokal Dunia. Dan semuanya hadir bukan Di wacana, tapi Di praktik sehari-hari,” ungkapnya.
Zhang mengakui, bahwa unsur Kearifan Lokal Dunia dan keterlibatan Kelompok Ke Sinarresmi menjadikan geopark ini layak menjadi contoh Bagi dunia.
“Belajar geopark tidak hanya ada Ke sekolah. Ia hidup Ke dapur, Ke kebun, dan Ke ruang adat seperti ini,” tuturnya.
Kedua evaluator itu terlihat bersemangat Di Memutuskan foto Ke Di Leuit (tempat menyimpan padi) bersama Pupuhu Adat Abah Asep Nugraha. Senyum mereka merekam lebih Di sekadar dokumentasi, hal ini menjadi bukti bahwa Kearifan Lokal yang dijaga Di tulus bisa menjawab tantangan masa Di, Malahan dinilai Di dunia.
Ke Di Yang Sama Kepala Dinas Wisata Internasional Kabupaten Sukabumi Sendi Apriadi mengatakan, bahwa kunjungan dua evaluator UNESCO Hingga Kampung Adat Sinar Resmi menjadi salah satu titik paling berkesan Di proses revalidasi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
Menurutnya, suasana desa yang masih terjaga secara alami dan spiritual berhasil membuat kedua tamu internasional itu takjub.
“Mereka sangat terpukau Di suasana Ke Kampung Adat Sinar Resmi. Bukan hanya Sebab keindahan lanskapnya, tapi juga Sebab kehidupan Kelompok yang begitu menyatu Di alam dan tradisinya,” ujar Sendi.
Sendi menuturkan, salah satu hal yang paling disorot Di evaluator adalah bagaimana nilai-nilai adat masih dijaga dan menjadi Pada hidup sehari-hari warga. Mulai Di arsitektur Tempattinggal, pola bertani, hingga cara bermusyawarah.
“Pak Bojan dan Pak Zhang sama-sama mengakui, mereka tidak menduga Berencana menemukan komunitas adat yang hidup sedekat itu Di alam. Malahan disebut sebagai bentuk Ketahanan yang utuh, Sebab tidak hanya melestarikan alam tapi juga nilai-nilai leluhur,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa kekaguman evaluator tak berhenti Ke desa saja, melainkan juga Ke upaya Belajar yang terintegrasi Ke kawasan geopark.
“Mereka sangat mengapresiasi keterlibatan Kelompok, termasuk generasi muda. Ini Di Sebab Itu kekuatan tersendiri Bagi CPUGGp,” kata Sendi.
(sya/mso)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kampung Adat Sinar Resmi yang Membekas Ke Hati Evaluator UNESCO