Surabaya –
Mendekati tahun Terbaru Islam, 1 Suro, warga Trenggalek punya Kearifan Lokal unik yang masih dijaga hingga Di ini, Kearifan Lokal tersebut adalah Ngitung Batih. Menariknya, upacara adat Ngitung Batih telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Kekayaan Budaya Dunia Tak Benda (WBTB) Di Kementerian Pembelajaran Kebudayaan Eksperimen dan Keahlian RI.
Kearifan Lokal Ngitung Batih merupakan salah satu bentuk warisan kearifan lokal Trenggalek yang masih rutin dilaksanakan setiap tahun, khususnya Di Kelompok Di Kecamatan Dongko.
detikJatim mengajak detikers Untuk mengapresiasi Kekayaan Budaya Dunia dan kearifan lokal Tanah Air Di mengenal lebih Di tentang makna serta prosesi upacara adat Ngitung Batih ini.
Mengenal Upacara Adat Ngitung Batih Trenggalek
Upacara adat Ngitung Batih yang biasanya digelar Di Kelompok Di Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek merupakan sebuah Kearifan Lokal yang telah berlangsung Pada ratusan tahun silam.
Secara istilah “Ngitung” Memperoleh arti berhitung, sedangkan “batih” artinya anggota keluarga. Secara sederhana, dapat disimpulkan Ngitung Batih artinya menghitung jumlah anggota keluarga per Rumah.
Hal ini tidak terlepas Di prosesi ubarampe takir plonthang, Ke mana jumlah anggota keluarga tersebut yang Akansegera menjadi penentu jumlah takir plonthang yang harus dibawa per Rumah. Takir plonthang sendiri merupakan wadah yang terbuat Di daun pisang berbentuk cekung, Lalu diikat Di daun kelapa, dan umumnya Akansegera diisi Di berbagai aneka sesaji yang telah disediakan.
Upacara adat Ngitung Batih merupakan bentuk simbolisasi permohonan agar warga desa senantiasa diberkahi Di kemakmuran, Kesejajaran, dan keselamatan.
Prosesi Upacara Adat Ngitung Batih
Upacara adat Ngitung Batih biasanya diawali Di kirab pusaka Di iringan takir plontang yang berisi Di berbagai macam hidangan tradisional. Berikutnya prosesi upacara dilanjutkan Di pemanjatan doa bersama dan ujub (doa Jawa) Untuk memohon kelancaran dan keselamatan Pada prosesi upacara adat dilangsungkan.
Sesudah itu, masuk Di momen yang paling ditunggu-tunggu, Ke mana warga saling berebut takir plontang. Kelompok yang hadir Ke lokasi saling beradu cepat Untuk Merasakan sajian tersebut.
Tak berhenti sampai Ke situ, sejumlah tokoh penting yang hadir Akansegera melepaskan beberapa ayam betina sebagai simbolisasi harapan Akansegera meningkatnya perekonomian Kelompok setempat.
Lalu, Peristiwa Akansegera dilanjutkan Di agenda makan bersama. Prosesi ini merupakan wujud syukur atas rezeki yang telah diterima sepanjang tahun.
Makna Upacara adat Ngitung Batih
Upacara adat Ngitung Batih merupakan salah satu kearifan lokal yang merepresentasikan aspek spiritual maupun sosial Kelompok Trenggalek. Berbagai macam sajian yang dihidangkan Di takir plonthang merupakan cerminan ungkapan syukur warga atas berkah dan nikmat yang telah Tuhan sediakan Pada sepanjang tahun.
Rangkaian prosesi upacara adat yang melibatkan Kelompok Di berbagai usia dan jabatan menjadi bukti Akansegera pentingnya menjaga tali silaturahmi dan semangat gotong royong agar terus hidup, Untuk menciptakan Kelompok yang guyub dan rukun.
Ke Di Itu, upacara adat Ngitung Batih, setidaknya terdapat 19 macam ubarampe ambengan yang digunakan. Masing-masing ubarampe Memperoleh makna simbolis yang mendalam. Adapun ubarampe yang digunakan Ke antaranya adalah takir plonthang, panjang ilang, buceng jejeg, buceng tulak, mulemetri, jenang sengkala, jenangwaras, jenanglemu, jenangmanca warna, jenang Terbaru-Terbaru, katul jenang juruh santan, ingkung, rasul, kupat dankeleman, gedhang setangkep, cok bakal, nyambungtuwuh nyiram tuwuh, nylametne, botok.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kearifan Lokal Ngitung Batih, Ritual 1 Suro Di Trenggalek