Nagekeo –
Kebiasaan Kema Uma Gua menjadi pedoman hidup Kelompok adat Di Kampung Sawu Obo, Kecamatan Mauponggo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Kebiasaan ini mengatur pengelolaan kebun adat berdasarkan siklus tanam dan penghormatan Pada alam.
Mosa Laki Kampung Sawu Obo, Gabriel Lipu (67), mengatakan seluruh kebun Kelompok Di sana Dikatakan sebagai kebun adat. Pola tanamnya ditentukan Dari Ine Tana Ame Watu, pemimpin adat tertinggi, Lewat ritual pembukaan dan penutupan musim tanam.
Musim tanam dimulai Di November Bersama pembukaan kebun adat Dari Ine Tana Ame Watu. “Di Di itu, Kelompok mulai melakukan pembibitan dan persiapan menanam padi yang berlangsung hingga akhir April,” kata Gabriel Di dihubungi detikbali, Sabtu (23/11/2024).
Bibit padi yang digunakan diambil Bersama Ana Deo, Rumah adat simbol nenek moyang. Di dalamnya terdapat cangkul dan alat berkebun lainnya. Kebun adat ini terdiri Bersama tujuh petak atau bedeng yang Memiliki makna simbolis.
“Enam petak pertama melambangkan kebutuhan hidup manusia sehari-hari, Sambil petak ketujuh yang disebut Peti Kolo adalah hadiah Untuk burung-burung, simbol pemilik alam,” jelas Gabriel.
Simbol ini selaras Bersama ajaran agama Katolik. Enam petak mencerminkan enam hari kerja dan petak ketujuh mewakili hari Sebagai Tuhan. Sesudah periode tanam berakhir, Kelompok tidak lagi diizinkan menanam padi dan harus beralih Di tanaman palawija seperti jagung.
Kelompok yang melanggar aturan adat dikenakan Hukuman Politik berupa denda. Produk-Produk yang harus diserahkan meliputi babi jantan sepanjang 60 cm (seharga Rp10 juta), moke sebanyak 5 liter, beras 15 kilogram (kg), rokok 1 pak, Minuman 2 kg, dan gula 3 kg.
Produk-Produk ini diserahkan Di kampung adat Lewat prosesi pengakuan Kartu Peringatan. Ritual dimulai Bersama pemukulan gong gendang Sebagai mengumpulkan Kelompok, diikuti Bersama prosesi adat lainnya.
Gabriel menegaskan Kebiasaan ini tidak hanya menciptakan keteraturan Untuk hidup bermasyarakat, tetapi juga menjaga harmoni Bersama alam. “Lewat Kema Uma Gua, Kelompok diingatkan Sebagai hidup teratur sesuai norma adat Agar kehidupan mereka menjadi lebih tertib dan bermakna,” ungkap Gabriel.
Artikel ini ditulis Dari Vincencia Januaria Molo, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka Di detikcom.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kebiasaan Adat Menjaga Siklus Tanam Di Nagekeo