Surabaya –
Indonesia dikenal sebagai Negeri yang kaya kebudayaan, Di beragam Kebiasaan dan adat istiadat yang menawan, salah satunya prosesi pernikahan. Ke setiap Lokasi, termasuk Ke Jawa Timur, prosesi ini tidak hanya sekadar serangkaian ritual.
Tetapi menyimpan makna dan filosofi mendalam, mencerminkan nilai-nilai yang telah diwariskan Di generasi Ke generasi. Setiap elemen Di upacara pernikahan Ke Jawa Timur sarat simbolisme dan kepercayaan yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakatnya.
Jenis Perkawinan Ke Jawa Timur
Dilansir Di laman Disperpusip Jatimprov, Jawa Timur Memperoleh empat jenis upacara perkawinan adat yang umum dilakukan, yaitu upacara perkawinan adat suku Jawa, Suku Tengger, Suku Osing, dan Suku Madura.
Kendati demikian, Lantaran mayoritas penduduk Jawa Timur secara keseluruhan berasal Di Suku Jawa, detikJatim telah merangkum beberapa informasi seputar upacara perkawinan adat Suku Jawa.
Waktu Pelaksanaan Pernikahan
Di Kebiasaan pernikahan adat Jawa, waktu pelaksanaan upacara Memperoleh peranan yang sangat penting. Orang Jawa Timur biasanya memilih hari dan bulan yang Disorot baik Sebagai melaksanakan pernikahan.
Penentuan hari baik sering kali dipandang lebih rumit daripada menentukan bulan baik. Hal ini disebabkan fakta bahwa pemilihan hari harus Merencanakan hari kelahiran kedua Kandidat pengantin Di merujuk Ke perhitungan “pawokan” yang ada Di Literatur Primbon.
Di Itu, ada beberapa hari yang Disorot sebagai hari pantangan, seperti hari pupuk-pusar (hari lepasnya tali pusar) dan hari tali wangke (hari kematian orang tua Kandidat pengantin). Hari-hari tersebut Disorot sebagai hari naas, dan Lantaran itu, harus dihindari.
Bulan yang Disorot baik Sebagai melaksanakan upacara pernikahan adat Ke Jawa Timur, Di lain adalah bulan ketiga (Maulud), bulan Ke-10 (Syawal), dan bulan Ke-12 (Besar). Bulan Maulud dipandang baik Lantaran merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sambil Itu bulan Syawal Lantaran merupakan bulan Idul Fitri, dan bulan besar yang merupakan bulan Idul Adha. Bulan-bulan ini dipercaya dapat mendatangkan berkah, serta Kesenangan Untuk kedua Kandidat pengantin, Supaya pelaksanaan pernikahan diharapkan dapat berjalan lancar dan penuh makna.
Upacara Perkawinan Ke Jawa Timur
Upacara perkawinan Ke Jawa Timur bukan sekadar ikatan janji suci Di dua insan, tetapi juga sebuah rangkaian ritual sarat makna yang melibatkan keluarga besar, Kebiasaan Global, dan Kebiasaan leluhur. Setiap langkah Di prosesi ini mencerminkan nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, penghormatan kepada orang tua, dan harmoni Di alam semesta.
Di lamaran, hingga Kegiatan siraman yang menyucikan dan panggih yang menjadi simbol pertemuan dua keluarga, setiap detail Di upacara ini adalah cerminan kekayaan Kebiasaan Global Jawa Timur yang terus hidup dan lestari Ke Ditengah modernisasi. Berikut urutan Kegiatan perkawinan adat Jawa Timur.
1. Lamaran
Secara adat, proses lamaran Di pernikahan terdiri Di tiga Dibagian penting. Pertama, nontoni, yaitu langkah awal Ke mana seorang putra bersama orang tuanya pergi Ke Tempattinggal gadis Sebagai melihat dan memutuskan apakah ia ingin melamar gadis tersebut.
Kedua, nglamar, Ke mana saudara putra menyampaikan lamaran secara lisan atau tertulis kepada pihak gadis. Ketiga, srah-srahan, yang dilakukan jika gadis tersebut setuju Sebagai menikah.
Di upacara ini, pihak putra Menyediakan berbagai hadiah kepada pihak gadis sebagai simbol tunangan. Hadiah-hadiah tersebut umumnya mencakup Busana, Perhiasan, peralatan Tempattinggal tangga, uang, dan lain-lain, yang disesuaikan kemampuan keluarga pengantin putra.
Tetapi, Di ini, Kebiasaan lamaran Merasakan perubahan, Di Lebihterus jarangnya orang tua menjodohkan anak-anak mereka. Banyak anak muda yang memilih pacaran terlebih dahulu Sebelumnya menikah. Kendati demikian, Kandidat pengantin putra biasanya tetap melamar secara resmi Di mengikuti upacara nglamar, Kendati nontoni tidak dilakukan.
2. Persiapan
Setelahnya lamaran seorang putra diterima putri, Pendesainan upacara pernikahan dimulai, dan yang menjadi tanggung jawab orang tua pengantin putri. Hari yang terbaik Sebagai pernikahan ditentukan berdasarkan adat, Di Merencanakan bulan Jawa dan tanggal lahir kedua pengantin.
3. Tarub
Tarub adalah bangunan Sambil Itu Sebagai tamu Ke Di Tempattinggal. Tumbuhan, daun, dan buah-buahan yang digantung Memperoleh makna tertentu. Upacara dimulai Di pemasangan bleketepe, yaitu anyaman janur kecil Sebagai mengusir roh-roh jahat.
4. Sesaji
Sajian sesaji terdiri Di Konsumsi, buah, minuman, dan bunga, disiapkan Sebagai memastikan upacara berjalan lancar. Jenis sesaji tergantung Ke makna dan tujuan masing-masing.
5. Tata Rias
Pengantin putri harus terlihat cantik, Di kulit yang halus dan bercahaya. Riasan bertujuan menjadikan pengantin seperti putri raja, sedangkan pengantin putra juga menggunakan riasan.
6. Paes
Ke Jawa, rambut pengantin putri dipotong dan dicukur Sebelumnya dirias. Paes berfungsi mempercantik pengantin dan menghilangkan pikiran atau perilaku buruk. Rambut diatur menjadi sanggul, Di Dibagian Di dibentuk menjadi sunggar, dan Dibagian Di diikat menjadi sanggul, Setelahnya Itu dipasang Perhiasan.
7. Busana
Ada dua gaya busana utama, yaitu busana basahan dan busana putri. Busana gaya putri Ke dasarnya adalah baju panjang bludiran, kain padan, dan selop bludiran. Busana basahan terdiri Di beberapa jenis kain, gaya dodotan, yaitu tidak memakai baju atasan, dan selop bludiran. Pengantin putra memakai Penutupkepala kuluk yang berwarna biru muda.
8. Perhiasan
Perhiasan yang dikenakan terinspirasi Di gaya kerajaan, pengantin diperumpamakan menjadi raja Di sehari. Perhiasan ini termasuk kalung, gelang, cincin, dan anting agar pengantin terlihat cantik.
9. Siraman
Upacara siraman adalah prosesi pertama yang dilakukan siang hari Sebelumnya pernikahan. Kegiatan ini Sebagai memandikan pengantin agar bersih dan suci Sebelumnya malam midodareni dan hari pernikahan. Pengantin dimandikan Ke Tempattinggal masing-masing, Ke kamar mandi atau kebun. Sebagian air siraman Di pengantin putri dibawa Sebagai siraman pengantin putra.
Ibu pengantin putri memulai Di mengoleskan bubuk sabun Ke tangan dan kaki putrinya, diikuti tujuh orang atau lebih yang menuangkan air bunga Ke pengantin. Ibu-ibu yang Disorot berakhlak baik diundang, Sambil Itu mereka yang telah bercerai atau tidak Memperoleh anak tidak boleh hadir.
10. Pemecahan Kendi
Setelahnya siraman, ibu pengantin putri memecahkan kendi sebagai simbol bahwa pengantin telah dewasa, dan siap meninggalkan keluarga Sebagai membangun keluarga Mutakhir.
11. Memotong Rambut
Berikutnya, sedikit ujung rambut pengantin dipotong Di upacara memotong rambut, yang melambangkan pembuangan masa kecil. Rambut yang dipotong Setelahnya Itu ditanam Ke kebun putri.
12. Penjualan Dawet
Kegiatan penjualan dawet, minuman tradisional, dilakukan Setelahnya pengantin putri masuk kamar Sebagai dirias. Pecahan kendi tadi diberikan kepada tamu Sebagai membeli dawet, Di ibu pengantin yang mengenakan kostum dan Produk Internasional-Produk Internasional penjual dawet.
Pecahan kendi yang digunakan sebagai alat pembayaran diberikan kepada sang ayah, yang Setelahnya Itu menyimpannya Ke Di kantong. Upacara ini Memperoleh makna agar Kegiatan pernikahan berlangsung ramai, dan agar Di kehidupan pernikahan nanti pengantin diberkahi penghasilan yang berlimpah.
13. Meratus Rambut
Sambil upacara penjualan dawet dijalankan Ke luar, Ke Di kamar, perias Lagi menjemur dan meratus rambut pengantin putri. Di Kegiatan meratus, bubuk ratus dan gula pasir dipanaskan, Sambil Itu asapnya diarahkan Ke rambut pengantin putri supaya baunya wangi. Lalu, rambutnya digelung, muka dan lehernya dicuci, serta didandani Di hati-hati.
14. Upacara Ngerik
Sesudah upacara meratus rambut, upacara ngerik dilangsungkan. Upacara ngerik merupakan persiapan Sebagai tata rias yang Akansegera dipakai Sebagai upacara pernikahan Ke hari berikutnya. Anak rambut Ke dahi gadis dihilangkan, dan Dibagian-Dibagian dicukur Di bentuk paes.
15. Malam Midodareni
Malam Sebelumnya hari pernikahan merupakan malam terakhir pengantin putri sebagai remaja atau gadis. Malam ini Disorot suci dan diberi nama malam midodareni. Di jam 6 sampai jam 12 malam, pengantin putri tidak boleh keluar Di kamar.
Waktu ini dimaksudkan Sebagai berkenalan Di keluarga pengantin putra, dan Sebagai Memperoleh nasihat tentang kehidupan Setelahnya menikah. Pada waktu ini, pengantin putri diberi Konsumsi Di orang tuanya Sebagai terakhir kali.
16. Akad Nikah
Kira-kira jam 9 pagi Ke hari berikutnya, upacara akad nikah diselenggarakan. Akad nikah merupakan pernikahan secara agama dan resmi. Menurut pemerintah, cuma Kegiatan akad nikah yang perlu dilaksanakan Sebagai menikah secara hukum. Upacara ini bisa dilakukan Ke gereja Sebagai orang Kristen, Ke masjid Sebagai orang Islam, atau Ke Tempattinggal saja.
17. Upacara Panggih
Ke siang hari Setelahnya akad nikah, upacara pernikahan adat yang dilaksanakan, yaitu upacara panggih. Upacara ini terdiri Di beberapa Dibagian sebagai berikut.
a. Temu Pengantin
Pengantin putra masuk pintu Di dipayungi dua pendamping, dan kedua pengantin menukar kembar mayang yang dilemparkan Ke atas tarub.
b. Sawat-sawatan atau Halangan Gantal Sirih
Pengantin putra-putri saling melempar daun sirih. Artinya, bertemunya dua perasaan, Sebagai melempar hari, dan Disorot sebagai waktu yang menyenangkan.
c. Wiji Dadi
Pengantin putra menempelkan telur ayam kampung kepada dahi sendiri dan dahi pengantin putri, lalu melempar telur ini supaya pecah. Kaki mempelai putra dibasuh Di air bunga setaman dan dibersihkan Di pengantin putri yang duduk Ke depannya.
d. Sindur Binqyang
Kedua mempelai bersalaman, berpegangan tangan Di jari kelingking, dan ibu putri menutup bahu keduanya Di kain selendang yang berwarna merah dan putih, Setelahnya Itu pengantin diantar bapaknya Ke Bangku pelaminan.
e. Timbang
Ke pelaminan, kedua pengantin duduk Ke pangkuan bapak putri, putri Ke kaki kiri, dan putra Ke kaki kanan. Ibu putri bertanya kepada bapak siapa yang lebih berat, dan dia menjawab bahwa mereka sama saja.
f. Kacar-kucur
Pengantin putra memberi beras, kacang, dan uang receh yang dibungkus Di kain berwarna merah dan putih kepada putri, Setelahnya Itu memberikannya kepada orang tuanya.
Kerjasamaekonomiinternasional. Saling Menyuap
Pengantin putra memberi Konsumsi kepada istrinya, dan lalu pengantin putri memberi Konsumsi kepada suaminya, dan terus menyuap bersama.
h. Minta Doa Restu
Prosesi terakhir, yakni memohon doa restu kepada kedua orang tua, Ke mana kedua pengantin melakukan sungkem kepada orang tua Di pihak mempelai putri maupun putra secara bergantian. Proses ini merupakan bentuk pengharapan doa, serta keridaan kepada orang tua Sebagai kedua mempelai dan kehidupan mereka Berikutnya.
18. Resepsi
Malam Setelahnya upacara pernikahan, resepsi diselenggarakan Sebagai merayakan pernikahan. Para tamu yang diundang memberi salam dan selamat kepada pasangan suami-istri Mutakhir. Akhirnya, upacara pernikahan selesai dan pasangan suami-istri pulang Sebagai mulai kehidupan Mutakhir bersama.
Artikel ini ditulis Di Angely Rahma, pesta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka Ke detikcom.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Penuh Makna, Ini Pernikahan Adat Jawa Beserta Filosofinya