Bandung –
Wayang menjadi salah satu pertunjukan tradisional yang populer Hingga Ditengah Komunitas. Umumnya pagelaran wayang membawakan kisah klasik seperti Ramayana dan Baratayuda. KBBI mendefinisikan wayang sebagai boneka tiruan orang yang terbuat Untuk pahatan kulit atau kayu yang dimanfaatkan Sebagai memerankan tokoh Untuk drama tradisional, biasanya dimainkan Dari seorang dalang.
Hingga Jawa Barat, wayang golek menjadi pertunjukkan yang digemari Dari berbagai kalangan. Menggunakan kayu sebagai bahan pembuatan boneka, menjadikan wayang golek sebagai salah satu Seni Kearifan Lokal khas Jawa Barat.
Wayang Memperoleh kaitan erat Bersama dalang, terutama Untuk sebuah pagelaran. Dalang memegang posisi penting yaitu menyampaikan cerita Lewat keahlian khusus seperti membedakan suara antar tokoh. Seorang dalang harus peka dan mampu menggunakan seluruh alat indera Bersama baik, sebab dalang Akansegera berkomunikasi Bersama orang-orang dan peralatan Untuk pertunjukan.
Dalang menjadi pemeran utama Untuk pagelaran wayang. Sejumlah tugas dilakukan Dari dalang, seperti menyampaikan cerita, memimpin alunan Alunan, menciptakan cerita, dan memutuskan alur atau memodifikasi cerita Sebagai menyesuaikan kebutuhan pagelaran.
Terdapat beberapa unsur Untuk pagelaran wayang, yaitu unsur benda mati berupa peralatan yang digunakan Untuk pagelaran, seperti alat Alunan dan wayang itu sendiri. Terdapat juga unsur benda hidup, yaitu manusia yang berperan Hingga Untuk pagelaran, seperti dalang dan pemusik.
Jawa Barat sendiri menyimpan banyak sekali dalang berbakat dan sudah mendunia Untuk berbagai generasi. Sebut saja salah satunya Dadan Sunandar Sunarya Untuk Putra Giri Harja 3. Ia merupakan keturunan Untuk salah seorang maestro dalang terkemuka Jawa Barat, Asep Sunandar Sunarya.
Ke Jumat (25/10/2024), Dadan Sunandar Sunarya mengisi pagelaran wayang golek Hingga Kegiatan Dies Natalis Hingga-70 UPI Bersama membawakan cerita ‘Sukma Sajati.’ Terlihat Komunitas yang datang Untuk berbagai generasi hadir Sebagai Menyaksikan pagelaran ini. Antusiasme para penonton sangat terlihat, Bersama durasi pagelaran yang panjang, ada penonton yang datang membawa Hidangan, tikar, hingga bantal.
Pagelaran wayang Putra Giri Harja 3 Dari Dadan Sunandar Sunarya Hingga Dies Natalis UPI Jumat (25/10/2024)
|
Dominasi penonton bukan hanya datang Untuk orang tua, tetapi juga generasi muda. Terlihat banyak mahasiswa dan anak-anak yang datang bersama teman atau ikut Bersama keluarganya. Diantaranya Gigi (19) dan Gina (20) yang sama-sama Terbaru pertama kali Menyaksikan pagelaran wayang secara langsung.
“Udah jarang ya pertunjukan wayang secara langsung, biasanya nonton Hingga TV doang, terus sekarang ada secara langsung Dari Sebab Itu tertarik banget buat nonton,” ujar Gina Ke Kegiatan Dies Natalis UPI.
Mereka turut menyampaikan sangat tertarik Sebagai mencari dan Menyaksikan pagelaran wayang secara langsung lagi dikemudian hari. Sebagai generasi muda, mereka merasa tertarik Bersama Seni Kearifan Lokal tradisional ini.
“Pagelaran wayang bukan hanya tentang menonton cerita yang dibawakan, tetapi juga menjadi ajang berkumpul dan belajar kebudayaan,” kata Gigi.
Tingginya minat Komunitas Sebagai Menyaksikan pertunjukan wayang menjadi angin segar Bagi Sustainability Seni Kearifan Lokal yang satu ini. Akan Tetapi, bagaimana Bersama regenerasi pelaku Karyaseni Hingga bidang ini, seperti dalang dan pengrajin wayang?
Hari Jumat (26/10/2024), detikJabar berkesempatan Sebagai berjumpa Bersama salah seorang dalang muda Untuk Giri Harja Dua Putu bernama Khanha Shandika, Bersama nama panggung Khanha Ade Kosasih Sunarya. Nama panggung tersebut diambil Untuk nama leluhur, dimana Khanha merupakan cucu Untuk dalang legendaris Ade Kosasih Sunarya.
Dalang muda berusia 21 tahun ini Untuk menempuh Pembelajaran Hingga Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Ia mengaku beruntung masuk Hingga Untuk bidang perawayangan khususnya menjadi seorang dalang. Memperoleh garis keturunan dalang tersohor, ia menyampaikan bukan hanya ilmu yang diwarisi, tetapi juga Fans.
Faktor keturunan menjadi alasan utama Khanha memulai perjalanannya menjadi seorang dalang. Sedari kecil, Bersama arahan Untuk keluarga dan dikelilingi Dari Seni Kearifan Lokal wayang, sedikit Untuk sedikit ia mulai belajar tentang dunia Karyaseni khususnya pedalangan. Ia memulai pentas pertamanya Di usia 9 tahun. Setahun setelahnya, ia mulai Memperoleh jadwal yang padat.
Reaksi positif penonton Di mendengarkan cerita yang Untuk dibawakan menjadi satu hal yang paling disukai Dari Khanha, sebab membuat penonton fokus Sebagai mendengarkan cerita Untuk waktu lama Memperoleh tingkat kesulitan yang tinggi. Hingga Di Itu, menyesuaikan candaan Ke pertunjukan agar dapat dipahami Dari semua kalangan juga menjadi tantangan yang ia alami.
“Paling suka ketika didengar Dari audiens. Ada yang ngobrol, ada yang makan, itu sangat tinggi tingkat kesulitannya. Makanya dalang harus fokus, ketika tidak didengarkan Dari penonton,” ujar Khanha Di ditemui Regu detikJabar Hingga rumahnya.
Khanha secara aktif memanfaatkan media sosial Sebagai Memperbaiki eksistensi dalang serta pemahaman tentang wayang khususnya Bagi generasi muda. Bersama Memperoleh pengikut lebih Untuk 200 ribu Hingga Tiktok, Khanha pernah diundang Hingga salah satu stasiun Tv Indonesia. Ia juga sudah tampil Hingga berbagai Daerah, termasuk Hingga luar negeri yaitu Jepang.
Baginya, wayang bukan hanya sekedar tontonan atau mainan, tetapi juga kehidupan yang menghidupi orang hidup.
“Wayang itu Bagi saya bukan hanya sekedar tontonan atau mainan, tapi wayang juga sebagai kehidupan yang menghidupi orang yang hidup. Di pagelaran wayang, ada 50 kru yang saya bawa Hingga lokasi, yang memang sehari-harinya itu menghasilkan uang hasil Untuk Seni Kearifan Lokal wayang,” kata Khanha.
Selain Khanha, seorang dalang muda lainnya bernama Diynan Prayuga Sutisna (20) juga membagikan kisahnya yang tumbuh bersama wayang. Berbeda Bersama Kanha yang datang Untuk keluarga dalang dan menjadi penerus, Diynan justru tidak datang Untuk keluarga dalang. Di ini, ia Ditengah menempuh Pembelajaran Hingga Universitas Putra Indonesia Inisiatif studi Pembelajaran Karyaseni Alunan.
Tumbuh Untuk lingkungan keluarga Bersama latar Di Karyaseni, terutama sang ayah yang merupakan seorang Manajer kecapi, membawa Diynan ikut mencintai Seni Kearifan Lokal. Di kelas 5 SD, ia Menyaksikan sebuah pagelaran wayang Golek Untuk Asep Sunandar Sunarya. Untuk sanalah ia mulai tertarik dan ingin mendalami Seni Kearifan Lokal wayang, khususnya Sebagai menjadi seorang dalang.
Diynan Prayuga Sutisna. (Sumber: dokumentasi pribadi Diynan)
|
Keluarga mendukung penuh keinginan Diynan Sebagai belajar. Ayahnya yang merupakan pengiring Untuk dalang Adhi Konthea yang juga merupakan keturunan Untuk dalang Ade Kosasih Sunarya. Akhirnya Diynan diperkenalkan kepada dalang Adhi Konthea dan mulai berguru. Di ini, Diynan sudah Memperoleh dan memimpin Regu wayang sendiri bernama Dangiang Giri Mustika.
Pada merintis menjadi seorang dalang, berbagai kesulitan dihadapi Dari Diynan. Salah satunya adalah mencari inspirasi, bagaimana penonton bisa memahami apa yang disampaikan. Sambil Itu, ia menyampaikan tidak Menyaksikan kesulitan Sebagai Metode suara atau gerakan wayang, sebab hal tersebut selalu dilatih Sebagai mempermudah Di Akansegera memulai pagelaran.
“Kalau sampai lancar banget itu tidak ada patokan harus berapa tahun. Sampai tua juga masih Disorot belajar, walaupun udah lama masih harus terus belajar ” ujar Diynan kepada Regu detikJabar, akhir Oktober lalu.
Dalang muda ini antusias Bersama tingginya minat generasi muda yang terjun Hingga Untuk pewayangan. Hal ini didukung Bersama hadirnya kampus-kampus Bersama jurusan yang sejalan Bersama kebutuhan Seni Kearifan Lokal wayang, Agar mampu menciptakan para seniman muda. Mereka yang Terbaru merintis biasanya Akansegera bergabung Bersama sanggar Sebagai menyalurkan ilmu yang sudah dipelajari Di berkuliah.
Yang Berhubungan Bersama penonton pagelaran wayang golek, Kanha maupun Diynan menyampaikan hal yang sama. Di ini mayoritas penonton masih datang Untuk kalangan orang tua. Diynan menyebut, sedari dulu wayang identik Bersama hiburan Sebagai orang tua, tetapi Bersama perkembangan media sosial, anak muda mulai banyak yang tertarik Sebagai mengetahui tentang wayang.
“Dominasi penonton kisaran 25 tahun Hingga atas. Iya yang muda ada, misalkan ada kakek yang bawa cucunya, bapak yang bawa anaknya, kayak gitu. Saya juga aktif Hingga TikTok, anak muda Dari Sebab Itu nonton juga, Alhamdulillah-nya ya bisa ngimbangin,” jelas Khanha.
Kedua dalang muda ini menyebut bahwa regenerasi dalang tidak begitu sulit. Banyak anak muda yang tertarik dan langsung menggeluti keseniannya, terutama yang menempuh Pembelajaran Bersama jurusan yang relevan. Bukan hanya itu, garis keturunan dalang Untuk berbagai Daerah juga menjadi faktor pendukung kelancaran regenerasi dalang.
Sayangnya, Hingga Di para praktisi wayang golek Menyaksikan peningkatan, hal Sebagai Alternatif justru dialami Dari pengrajin wayang. Riki Kartawiyoga (38), seorang pengrajin wayang asal Desa Jelekong Bersama nama usaha Girilaya Wayang Golek. Ia membagikan ceritanya Pada menjadi pengrajin wayang, hingga penyebab sulitnya regenerasi pengrajin wayang.
Pria yang akrab disapa Riki ini sudah mengenal wayang Untuk kecil, Lantaran sang ayah merupakan seorang pengrajin. Ia mulai belajar membuat wayang Sebelum duduk dibangku SMP dan mulai ikut membantu keluarga serta tetangga Untuk proses produksi wayang.
Riki Kartawiyoga memoles kepala wayang. Foto: Istimewa
|
Ia mulai membuka usahanya sendiri Ke tahun 2008 Di usia 20-an. Hidup Hingga lingkungan pengrajin wayang, secara tidak langsung ia berguru kepada orang tua, Penghayatan, dan secara otodidak mulai Menyusun kemampuannya. Sebenarnya, ia tidak diwajibkan Sebagai melanjutkan usaha pembuatan wayang orang tuanya, tetapi membuat wayang seakan sudah menjadi jalan rezekinya.
Tentu, Pada menggeluti pekerjaan ini ia sempat Menyaksikan kesulitan. Riki bercerita, membuat wayang custom yang mirip Bersama wajah sang pembeli menjadi tantangan yang cukup sulit. Hingga Di Itu, kesulitan lain datang Untuk waktu pengerjaan wayang, Lantaran setiap karakter Memperoleh kerumitannya masing-masing.
“Kalau yang kecil satu minggu bisa 100 wayang, sedangkan Sebagai satu wayang besar ukuran Sebagai pagelaran menghabiskan 1- 2 minggu pengerjaan,” kata Riki sambil memoles kepala wayang, Sabtu (26/10/2024).
Proses produksi dikerjakan bersama Regu, mulai Untuk pembuat kepala, badan, dan Pelengkap Busana. Biasanya, Riki fokus Sebagai proses pewarnaan dan penyempurnaan tahap akhir Untuk wayang yang Akansegera dijual. Untuk mengikuti perkembangan zaman, Ia turut Menyusun Bersama membuat karakter wayang modern seperti superhero. Ia juga memanfaatkan media sosial Sebagai mempromosikan wayang yang ia jual.
Fans wayang masih ramai dan datang Untuk berbagai kalangan, tetapi Riki lebih sering Menyaksikan pesanan Untuk kolektor dibandingkan dalang. Ia menyebut bahwa peminat wayang klasik dan modern sama banyaknya. Ia juga sudah berhasil memasarkan wayangnya hingga luar negeri seperti Amerika dan Australia.
Bersama tingginya peminat wayang, pengrajin wayang justru Menyaksikan kesulitan Untuk regenerasinya. Generasi muda cenderung tertarik menjadi dalang dan karawitan, ditambah Bersama adanya penjurusan Hingga perkuliahan. Riki Memberi pandangannya Yang Berhubungan Bersama penyebab sulitnya perkembangan pengrajin wayang.
“Bikin wayang itu belajarnya lama, bisa tahunan. Banyak yang nyoba belajar dan akhirnya tidak betah, jenuh gitu. Dari Sebab Itu ya penggemarnya banyak, tetapi pengrajin malah sedikit,” ujar Riki.
Ia turut menyampaikan, pengrajin wayang Hingga Desa Jelekong yang disebut sebagai pusat kerajinan Karyaseni dan Kearifan Lokal Dunia bisa hitung jari. Begitupun Bersama Daerah lain, sebab membutuhkan waktu Sebagai regenerasi Untuk pengrajin wayang. Realita ini membuat Riki berharap Lebihterus banyak pengrajin Terbaru yang mau belajar.
“Saya berharap wayang makin banyak disukai. Tentunya lebih banyak hadir pengrajin Terbaru dan mau belajar. Walaupun susah, tapi semoga ada penerusnya, Lantaran harus sabar Di belajar,” ujar Riki menyampaikan harapannya Pada masa Di pengrajin wayang.
(tya/tey)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Regenerasi Wayang Golek Hingga Jawa Barat, Harapan dan Tantangan