Surabaya –
Pasar Bunga Kayoon Di Surabaya menjadi salah satu destinasi ikonik Bagi pencinta bunga Di Kota Pahlawan. Lebih Didalam sekadar pusat perdagangan bunga, pasar ini menyimpan sejarah panjang yang berkaitan erat Didalam perkembangan kawasan Kayoon Sebelum era kolonial Belanda.
Menurut praktisi sejarah Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo, asal-usul kawasan Kayoon bermula Didalam endapan tanah sungai yang terbentuk Di tepi Sungai Kalimas Di awal abad Hingga-20.
Untuk foto arsip tahun 1901, Sungai Kalimas terlihat begitu lebar, Tetapi seiring waktu, pengendapan menyebabkan daratan Terbaru terbentuk. Trend Populer ini Lalu melahirkan ruang Terbaru yang dimanfaatkan Didalam para pedagang Sebagai berjualan.
Terletak Di Jalan Kayoon, Embong Kaliasin, pasar ini tidak berdiri begitu saja. Di tahun 1950-an, kawasan tersebut masih berupa rawa-rawa Di pinggiran sungai. Tetapi, kebutuhan Kelompok Berencana bunga mulai Mendorong terbentuknya pasar.
“Pasar ini dibangun Di atas tanah endapan sungai. Di tahun 70-an, lahannya mulai dimanfaatkan sebagai pasar bunga. Situasi ini bisa dilihat Didalam foto-foto lama Di mana area tersebut dulunya hanya berupa dataran hasil pengendapan sungai,” ujar Kuncar kepada detikJatim, Kamis (2/1/2025).
Menurut Kuncar, pedagang bunga generasi pertama memanfaatkan lahan tersebut Sebagai berjualan Di Didekat rawa hingga akhirnya pasar mulai tertata.
“Melihat polanya itu bukan pasar yang tiba-tiba ramai. Mungkin Saja dia generasi pertama yang jualan Di Didekat rawa pinggir sungai bukan berarti bentuk rekontruksi pasar dan lama-lama orang jualan mengikuti dan Lalu ditata. Akhirnya membentuk pasar yang ada lorongnya begitu,” kata Kuncar.
Keunikan lainnya, lanjut Kuncar, lahan Pasar Bunga Kayoon bukanlah aset pemerintah kota sepenuhnya. Tanah tersebut diketahui dimiliki Didalam Dinas PU Pengairan Pemprov Jatim dan Balai Besar Area Sungai Perum Jasa Tirta. Sedangkan pengelolaannya dilakukan Didalam perusahaan milik Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini menjadikan Pasar Bunga Kayoon sebagai pasar tematik yang unik dan berbeda dibandingkan pasar lain Di kota ini.
“Pasar itu kan berada Di Di kota, awalnya hanya Sebab kebutuhan bunga-bunga dan event-event tertentu yang membuat orang membuka lapak Di situ. Lama kelamaan, akhirnya terbentuklah pasar seperti sekarang ini. Itu benar-benar murni tanah endapan sungai,” jelas Kuncar.
Salah satu toko bunga Di Pasar Bunga Kayoon Surabaya (Foto: Sri Rahayu)
|
Nama Kayoon sendiri sudah eksis Sebelum era kolonial. Di masa itu, kawasan ini dikenal sebagai Area yang tertata rapi Didalam taman-taman indah Di sepanjang Kalimas. Posisinya yang strategis dan suasana nyaman menjadikan Kayoon sebagai area elite Di zamannya, Didalam banyak hunian megah menghadap sungai.
“Faktanya, lahan pasar itu dimiliki Didalam Dinas Pengairan. Di sisi utara, ada tempat pengelolaan Didalam Dinas PU Pengairan Pemprov Jatim dan Balai Besar Area Sungai Perum Jasa Tirta yang mengelola sungai. Lebar sungai Kalimas itu berkurang separuh Sebab proses pengendapan. Penyebabnya, ada pintu air Gubeng yang membuat hanya air saja yang Masuk, Agar lama-kelamaan tanah mengendap dan membentuk daratan Terbaru,” jelas mantan wartawan ini.
Kuncar mengatakan Setelahnya masa kemerdekaan, pedagang bunga mulai berdatangan Hingga kawasan ini. Sebagian besar Didalam mereka merupakan pemasok bunga Didalam Area Batu, Malang.
Pedagang-pedagang ini tidak hanya menjual bunga potong, tetapi juga bunga hias, bunga rangkai, hingga buket. Seiring berjalannya waktu, Di era 1980-an, bangunan pasar mulai dipermanenkan Didalam material tembok yang menggantikan lapak kayu sederhana Sebelumnya.
“Dulu lapaknya hanya berupa kayu. Terbaru Di tahun 80-an mulai dibuat permanen Didalam tembok. Sekarang kios-kios ini sudah lebih tertata,” pungkas Kuncar.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Sejarah Pasar Bunga Kayoon Surabaya yang terbentuk Didalam Endapan Kalimas