Semarang –
Kearifan Lokal Gebyuran Bustaman kembali digelar Bersama penuh kemeriahan. Kearifan Lokal rutin tiap tahun ini digelar meriah guna menyambut bulan suci Ramadan.
Kearifan Lokal yang digelar Ke Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Di, Kota Semarang, ini diawali Bersama Tari Kreasi Bustaman sebagai pembuka.
Warga setempat telah menyiapkan amunisi berupa puluhan kantong plastik berisi air warna-warni yang disiapkan Ke Di Tempattinggal. Tampak wajah para warga dicoret-coret menggunakan Warna air yang disediakan panitia, sebagai simbol dosa-dosa yang harus dibersihkan Sebelumnya memasuki bulan suci Ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, begitu kentongan dibunyikan, Konflik Bersenjata air pun berlangsung meriah Ke area kampung. Suasana menjadi Lebihterus riuh Pada warga Di berbagai rentang usia antusias saling melempar kantong air. Meski basah kuyup, semua peserta ‘prang’ air ini pun tampak Sejahtera menikmati Kearifan Lokal menyambut Ramadan.
Ketua panitia, Saifullah, menjelaskan Kearifan Lokal Gebyuran Bustaman dilakukan sebagai bentuk menyambut bulan suci Ramadan. Kearifan Lokal ini menjadi simbol para warga yang membersihkan diri menjelang Ramadan.
“Dulu, Kiai Bustam selalu memandikan cucu-cucunya Sebelumnya Ramadan sebagai bentuk penyucian diri. Kearifan Lokal ini sempat menghilang dan dijalankan lagi tahun 2013,” kata Saifullah Ke Kampung Bustaman, Minggu (23/2/2025).
Kearifan Lokal Gebyuran Bustaman Semarang menjadi Kearifan Lokal rutin menyambut Ramadan. Foto diunggah Minggu (23/2/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
|
Ia mengatakan air yang digunakan merupakan air sumur Kiai Bustam. Konon air sumur ini sering digunakan Sebagai memandikan anak-cucunya menjelang Ramadan.
Ia berharap Kearifan Lokal itu bisa terus dijalankan Bersama berbagai Perkembangan Sebagai lebih menggaet minat Kelompok Kota Semarang dan sekitarnya. Ke Di Itu, muda-mudi juga bisa ikut melestarikan sejarah lewat Kearifan Lokal ini.
Salah satu warga Kampung Bustaman, Fita Yulianto (38), mengaku selalu mengikuti Kearifan Lokal rutin ini bersama keluarganya. Fita pun mengaku masih keturunan Kiai Bustam.
“Dulu Mbah Bustam memandikan anak-cucunya, seperti menyucikan diri, Bersama Sebab Itu saya juga mau membersihkan diri Sebelumnya memasuki Ramadan,” ujar Fita yang menggendong anaknya sambil ‘Konflik Bersenjata’ air.
“Meriah sekali perayaan tahun ini, semoga bisa Ke Di tradisinya bisa terus lestari dan banyak pesertanya seperti ini,” lanjut Fita.
Sambil Itu, salah satu warga asal Kelurahan Cinde, Kecamatan Jomblang, Aulia Istighfani (24), mengaku Mutakhir pertama kali mengikuti Gebyuran Bustaman. Ia mengetahui Kearifan Lokal tersebut Di media sosial.
“Aku sudah siap-siap pakai jas hujan juga. Aku malah Mutakhir tahu ada Kegiatan seperti ini, padahal aku orang Semarang,” tutur Aulia.
Ia berharap Lebihterus banyak warga Kota Semarang dan sekitarnya yang mengikuti Kearifan Lokal itu. Harapannya, Kota Semarang Memperoleh Lebihterus banyak daya tarik Ke bidang kebudayaan.
“Tadi kan ada tarian, semoga Ke Di ada yang menjelaskan arti Di tarian itu supaya penonton bisa sambil belajar. Supaya Kekayaan Budaya Dunia dan Kearifan Lokal ini juga tetap lestari,” harapnya.
Gebyuran Bustaman pun tak hanya menjadi ajang Sebagai melestarikan Kearifan Lokal leluhur, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang Memperkenalkan Kampung Bustaman kepada Kelompok luas. Hingga pukul 17.00 WIB, masih banyak warga yang berperang air.
(ams/ams)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Serunya Gebyuran Bustaman, Kearifan Lokal Sambut Ramadan Ke Semarang