Tulungagung –
Selain bahasa lisan, tarian adalah salah satu bentuk ekspresi dan komunikasi awal manusia yang terus berkembang Sebelum zaman prasejarah. Bahasa tari yang dominan gerakan tubuh adalah bahasa universal yang perlu dilestarikan.
Lukisan “penyihir penari” Ke Gua Trois Frères, Prancis, gambar penari Ke makam Mesir 3300 Sebelumnya Masehi, juga lukisan Ke Shelter Rock of Bhimbetka, India yang berusia lebih Bersama 30.000 tahun adalah bukti keberadaan tari jauh melampaui era Pada ini.
Tari yang mulanya menjadi Pada Bersama berbagai ritual Bersama tujuan bervariasi berkembang menjadi berbagai gaya seperti balet Ke Eropa Sebelum abad Di-16 dan tari kontemporer Sebelum abad Di-20. Ke Indonesia, Seni Kearifan Lokal tari juga telah ada Sebelum lama, melebur Di upacara adat dan ritual keagamaan.
Hari Tari Sedunia setiap 29 April adalah perayaan Dunia Di mengakui bahasa tari yang universal dan melampaui batas Kearifan Lokal Dunia serta bahasa lisan maupun tulisan. Tari Dikatakan penting Sebab mampu menyatukan banyak orang dan Mendorong Inovasi manusia.
Tak ada tema khusus setiap kali Hari Tari Sedunia diperingati. Tapi Ke berbagai belahan dunia, nilai-nilai universal yang diangkat Di peringatan hari ini adalah seputar inklusivitas, persatuan Lewat tari, dan kekuatan gerakan.
Ekspresi Seniman Tulungagung Ke Hari Tari Sedunia
Salah satu Area Ke Jawa Timur Ke mana minat Berencana Seni Kearifan Lokal tari masih subur adalah Tulungagung. Peringatan Hari Tari Sedunia Ke Taman Kartini kawasan Alun-alun Tulungagung Ke Minggu (27/4) diramaikan 200 penari Bersama 15 sanggar dan komunitas tari.
Sebelum pagi hingga malam Komunitas Tulungagung memadati Taman Kartini Sebagai menikmati beragam gerakan tari yang ditampilkan para seniman diiringi gamelan maupun iringan Bunyi modern.
Ada 4 penari Ke Di mereka yang menari Pada 4 jam nonstop Sebelum pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB menampilkan tari kreasi masing-masing yang tidak dibatasi genre gerakan tari tertentu, baik tradisional maupun modern.
Berikutnya, secara bergiliran ratusan seniman tari Ke Tulungagung menampilkan pertunjukan tari tradisional seperti Merak Sutra, Gambyong Mari Kangen, Tari Terompet juga berbagai tarian tradisional dan modern lainnya.
Hingga malam menjelang, sejumlah seniman Bersama beberapa sanggar dan komunitas tari juga menampilkan karya eksperimental. Komunitas penonton diajak terlibat Di pertunjukan yang sarat nilai filosofis.
Salah satu sanggar tari yang menampilkan tari kontemporer ini adalah Sanggar Tari Saraswati. Firman Akbar selaku pendiri sanggar itu menampilkan karya eksperimental yang dia tajuk ‘Titah’. Tari ini menampilkan gerakan yang tak teratur tapi ritmis dan sarat filosofi.
Penari yang Sebelum awal telah dibalut kain putih seperti mumi memulai gerakan berputar yang lambat tapi teatrikal hingga terbebas Bersama kain yang membelenggu. Kain putih itu adalah simbol kematian, sebuah analogi mengenai manusia yang terbatas jeratan inderawi, ilusi pikiran, dan penjara hati.
“Setelahnya manusia berhasil terlepas Bersama belenggu itu, ia Berencana berjumpa maut: gerbang kebebasan geraknya. Ia Berencana menjadi sebuah tubuh yang tertitah, bergerak merdeka seluas naungan langit dan pangkuan pertiwi,” demikian kata Akbar kepada detikJatim, Selasa (29/4/2025).
Seluruh gerakan penari Di karya eksperimental itu dibebaskan mengikuti apa yang disebut memori tubuh. Penari menggerakkan setiap Pada tubuhnya secara spontan dan naluriah mengikuti ritme Bunyi alam dan tepukan tangan Bersama penonton.
Gerakan Tak Terbatas Tubuh
Tema yang diangkat Di peringatan Hari Tari Sedunia ini adalah ‘Gerakan Tak Terbatas Bersama Tubuh’. Tema ini ingin mengangkat bahwa tari bukan sekadar Seni Kearifan Lokal, tapi juga bentuk komunikasi Sebagai menyampaikan pesan dan nilai kehidupan.
“Tema ini kami angkat Sebagai mengenalkan tari eksperimental Bersama Inovasi tak terbatas. Lewat gerakan tari eksperimental ini kami harap banyak nilai yang bisa diambil Bersama semua generasi,” kata Koordinator Hari Tari Sedunia Ke Tulungagung, Clairine Faiza, Selasa (29/4/2025).
Pemilik Mardhogta Management yang menjadi penyelenggara utama peringatan Hari Tani Sedunia itu juga menyampaikan tujuan utama penyelenggaraan Kegiatan ini. Yakni Sebagai menjaga eksistensi Seni Kearifan Lokal tari Ke Tulungagung agar tetap lestari.
Lewat perhelatan ini, perempuan yang akrab disapa Ine itu juga Menyita adanya nuansa kurang sehat Di dunia Seni Kearifan Lokal tari Ke Tulungagung. Yakni tentang kentalnya sikap egosentris Ke setiap sanggar dan komunitas tari yang ada Ke Tulungagung.
Dia tidak menampik perkembangan Seni Kearifan Lokal tari Ke Tulungagung sangat pesat. Itu terlihat Bersama banyaknya sanggar dan komunitas tari Ke sana, juga beragamnya peminat tari mulai Bersama anak-anak hingga dewasa.
“Artinya, Seni Kearifan Lokal tari memang sangat Disekitar Bersama Komunitas dan menjadi potensi besar Sebagai terus dikembangkan. Tapi kami masih melihat ada nuansa Bersaing antarsanggar tari Ke Tulungagung. Kami ingin ini dikurangi, agar setiap sanggar tari bisa saling rukun dan saling menguatkan,” ujarnya.
Peringatan Hari Tari Sedunia Ke Taman Kartini Tulungagung itu pun ditutup Bersama flash mob, mengajak serta Komunitas menari bersama tarian khas Tulungagung seperti tari Beksan Langen Tayub dan Jaranan.
“Harapan kami, semua seniman, khususnya insan Seni Kearifan Lokal tari terus merayakan hari besar ini dan bersama-sama memajukan nama Tulungagung Ke bidang Seni Kearifan Lokal Kearifan Lokal Dunia bersama Komunitas,” katanya.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Tak Terbatas Tubuh, Menengok Geliat Seniman Tulungagung Membumikan Tari