Bandung –
Orang Cina memang terkenal ulet. Apakah keuletan itu muncul Untuk seketika? Tentu jawabannya tidak. Keuletan itu diraih Untuk perjalanan sejarah yang panjang. Salah satunya, Sebab orang Cina punya dongeng yang menggugah berjudul ‘Pak Tua Sinting’.
Dongeng itu mengisahkan seorang tua ringkih yang mengerjakan hal mustahil, yaitu memindahkan gunung. Akan Tetapi, Bersama tekad dan keyakinan yang kuat, pekerjaan mustahil itu menjadi berhasil.
Nuansa yang sama tentang keuletan Ke Untuk cerita itu, tampak senada Bersama apa yang dibayangkan Dedi Mulyadi tentang Kelompok Sunda. Bahwa Kelompok yang tinggal Ke Jawa Barat ini, harus ‘kembali’ ulet Bersama dasar Belajar yang benar.
Pembenahan Belajar
Politisi Partai Gerindra, Dedi Mulyadi berencana melakukan pembenahan Belajar Ke Jawa Barat. Belajar dititik tekankan Ke aspek kesabaran, ketekunan, dan keuletan.
Ide itu dia sampaikan Pada berorasi ilmiah Ke sidang senat terbuka, sekaligus tasyakur milad Hingga-38 Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya, Kamis (5/9/2024).
Dilansir detikJabar, aspek kesabaran, ketekunan, keuletan ini menurut Dedi Mulyadi adalah modal utama Pembuatan sumber daya manusia yang siap berkompetisi Ke era industri.
Jika menurut arti katanya merujuk kepada KBBI, kesabaran berarti ketenangan hati Untuk Berjuang Bersama cobaan, sifat Damai, sifat tidak mudah menyerah; Ketekunan adalah sifat rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh; dan, Keuletan adalah sifat liat dan kuat, tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras Untuk Melakukanlangkah-Langkah mencapai tujuan dan cita-cita.
Aspek Belajar yang demikian dikatakan Akansegera membuat anak-anak didik dan generasi pelanjut Ke Jawa Barat Ke umumnya Memperoleh karakter yang kuat Sebab mengenal proses.
“Ini harus dibangun sistematika Belajar ini. Kalau langsung digital bagaimana dia belajar kesabaran, keuletan, dan ketekunan. Saya sudah minta nanti kalau memimpin Jawa Barat, kurikulum Ke Tasik dibikin berbeda. Ke tiap Area berbeda-beda,” kata Dedi.
Menggali Nilai Sunda
Kegelisahan Dedi Mulyadi Agar berencana membenahi Belajar Ke Jawa Barat boleh Dari Sebab Itu adalah hasil penggaliannya sendiri Di nilai-nilai Kasundaan. Sunda dan tanah Sunda adalah basis kebudayaan dan tempat tinggal Dedi Mulyadi.
Ketika menyampaikan Akansegera membenahi Belajar Ke Jawa Barat Bersama titik tekan Ke aspek kesabaran, ketekunan, dan keuletan, Dedi memang tidak jauh-jauh mengutip cerita keuletan ‘Pak Tua Sinting’ Bersama Cina. Bersama yakin, dia Membahas dasar Belajar itu Bersama kebudayaan Sunda.
Dia mengerti lokalitas Tasikmalaya yang warganya piawai menganyam, menenun, menyulam, dan membuat kerajinan. Termasyhur Ke Tasikmalaya ada derah bernama Rajapolah atau Ke-Indonesiakan menjadi rajanya kriya. Sebab Ke Area itu, warganya tak pernah berhenti berpolah kreatif.
Menurut Dedi, pekerjaan tradisional itu adalah pekerjaan-pekerjaan yang dapat menjadi media belajar anak-anak melatih kesabaran, ketekunan, dan keuletan.
“Saya menyarankan sederhana saja. Misalnya Belajar dasar, orang Tasik itu kan keterampilannya menganyam, menenun, menyulam dan kerajinan. Nah itu harus menjadi Belajar dasar, Sebab kan membentuk karakter orang Untuk dia sabar, tekun dan ulet, ya itu,” katanya.
Dongeng Pak Tua Sinting
“Pak Tua Sinting”, begitu cerita yang melegenda itu sering disebut, Ke Untuk bahasa Cina cerita itu berjudul “Yu Gong Yi Shan” yang berarti the Foolish Old Man who moved mountains (Pak Tua Sinting yang ingin memindahkan gunung). Demikian dikutip Bersama Xinhua.
Cerita itu telah menciptakan orang-orang yang rela berperih diri mengerjakan hal-hal besar meski awalnya tampak sangat mustahil. Hasilnya? Cina menjadi bangsa yang besar dan raksasa ekonomi dunia.
Berikut ini ceritanya:
Kocap tercerita, hiduplah Pak Tua. Dia dan keluarganya tinggal Ke Area pegunungan. Akan Tetapi, ada gunung yang menghalangi jalannya masuk Hingga dan keluar Bersama tempat tinggalnya. Pak Tua ingin memindahkan gunung itu.
Pak Tua itu umurnya hampir 90 tahun, tubuhnya ringkih, Akan Tetapi dia memutuskan Untuk memindahkan gunung itu satu sekop Untuk satu sekop.
Keputusan dan tindakannya itu dicibir seorang bijaksana. Begini katanya: Kamu sinting! Bersama sisa umurmu ini, memotong kayu Ke Ke gunung saja kamu tidak Akansegera mampu, apalagi memindahkan tanah dan batunya!
Pak Tua itu menjawab: Hari ini saya angkut sedikit. Besok sedikit lagi. Esoknya esok sedikit lagi. Dan bila saya mati, anak saya Akansegera menggantikan saya meneruskan pekerjaan ini. Ketika anak saya mati, cucu sayalah yang harus menggantikannya.
Cerita ini terus dikisahkan ulang Bersama generasi Hingga generasi Agar membuat setiap orang Ke Cina terpacu Untuk menggapai cita-cita Bersama keuletan tingkat tinggi.
Untuk “Catatan Pinggir” jilid 1, Goenawan Mohamad Bersama cerita itu mengomentari bahwa Ke Nusantara, cerita yang diwariskan turun temurun bukan soal keuletan, melainkan hal-hal yang instan.
Ke Sunda sendiri, ada cerita Sangkuriang yang membuat danau lengkap Bersama perahu raksasa hanya Untuk satu malam. Untuk Wawacan Prabu Kian Santang, anak Prabu Siliwangi itu melipat jarak Sunda-Arab Bersama terbang sekali kedipan mata. Dan banyak kisah tentang hal instan lainnya.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: ‘Pak Tua Sinting’, Dongeng Keuletan Bersama Cina